Dialah diri ku,
yang mengusap helai rambut mu
dalam tidur yang pengap berpeluk peluh
hingga mencakar mimpi pada langit, bumi dan dalam samudera
tapi yang terusap adalah kebohongan berakar
lalu,
ketika dia datang pada senja hari
benteng mu tak lagi berdiri kokoh
hingga terlupa bahwa aku ada untuk mu
saat tiba musim bermaaf
kau kirimkan aku sebait kata :
"ketika amarah dan dendam datang, semua kebaikan jadi hilang, ketika iri dengki dan benci kuasai diri, semua keihlasan akan pergi dan kemurnian hati terselimuti. Maka untuk membuka tabir semua khilaf dlm diri, ketika tangan tak bisa berjabat, bibir tak mampu berucap, mata tak bisa menatap, dengan segala kerendahan hati, mohon maaf atas kekeliruan diri."
tak mampu jua ku tahan deras nya air itu
mengaliri lereng bukit yang menghijau, menumbuhkan padi hingga bocah bisa tertawa lebar
seperti alunan-alunan syair para pujangga
hingga maaf pun terucap
tapi sulit terpercaya sebab bukan hati mu yang bicara
sepertinya kau tak pernah merasa bersalah padaku.
dan sepertinya aku yang terpojok hingga ke tepian tebing curam
padahal kau tahu tamu saja tak boleh masuk jika penghuni tak ada.
apa lagi menghampiri.
dialah aku, yang kini berkata padamu
bahwa indah mu itu pernah hidup
pada pagi,
pada siang,
pada malam,
dan pada hati yang remuk redam
dan tak akan bisa hilang sampai ajal menutup mata.
Depok, Selasa 24/11/09 pukul 01.12 dini hari
special 4 U ...... TM....