30 May 2011

Rezeki Dibagi Rata

    Saya mempunyai seorang teman. Seorang laki-laki yang usianya lebih tua dari saya. Saya kelahiran tahun 1975, sedang teman saja ini sekitar tahun 1968. Kami berteman sudah sangat lama, sekitar 12 tahun. Saya berasal dari Sulawesi Selatan sedang teman saya ini berasal dari Padang -Sumatera Barat. Teman saya ini satu profesi dengan saya. Banyak cara pandang tentang hidup,  tentang bagaimana cara bergaul, apa itu persahabatan dan lain-lain yang saya pelajari darinya. Dia tak pernah mengajari saya secara langsung dengan menggunakan berbagai macam buku dan  teori-teori  yang jelimet. Dia tak banyak bicara dengan saya tentang  bagaimana bersikap, bagaimana bergaul atau bagaimana merasakan sebuah rasa pertemanan layaknya orang-orang yang sok pintar, tetapi dari sikap, tingkah laku dan tutur katanya memberi saya banyak pelajaran yang sangat berharga. Diantara sekian banyak teman saya,  dialah yang paling  "the best" buat saya.

- REZEKI DIBAGI RATA-

    Sebenarnya banyak kisah, baik suka maupun duka selama berteman dengan nya. Tetapi saya ingin bercerita sedikit tentang sebuah pengalaman yang benar-benar menampar diri saya.  Membuat malu diri saya.

   Suatu hari dia mengajak saya ke tempat kawan sepermainan masa kecilnya di Sumatera Barat dulu. Belakangan saya baru mengetahui bahwa temannya ini adalah seorang pengusaha di daerah Karawang - Jawa Barat.

"Cik... kita maen yuk ke tempat teman kecil saya di Karawang".

  Begitulah cara dia memanggil saya. Sejak saya mengenalnya 12 tahun silam, tak pernah sekalipun dia menyebut kata "kamu",  "ellu" atau memanggil nama saya. Dia hanya menyebut kata "Cik", meski saya lebih muda dan berasal dari Sulawesi Selatan.


"Ngapain ke Karawang ?? jawab saya
"Udah..ikut aja" kata dia lagi.


   Kami berdua berangkat menuju kediaman teman kecilnya di Karawang. Sesampainya disana dia ngobrol tentang apa saya, ketawa-ketiwi. Saya lebih banyak diam, hanya sesekali ikut membuka suara.
Singkat cerita, saat kami pulang. Teman masa kecil sahabat saya ini memberikan dua ampop pada kami. Satu amplop diberikan pada saya dan satu amplop lagi di berikan pada sahabat saya ini.

"Ini untuk sekedar ongkos bis dan jajan alakadar nya" kata temen masa kecil sahabat saya ini.
"Trimakasih. jadi ngerepotin aja" jawab kami.

   Lantas kami pun bergegas pulang. Diatas bis yang membawa kami ke terminal Kampung Rambutan, sahabat saya ini berkata pada saya.

"Cik...amplop yang cik terima, tolong di buka".
"Untuk apa ?" jawab saya.
"Sudah .. buka saja" jawabnya lagi.

Saya pun mengambil amplop yang sudah tersimpan rapih di saku saya, lantas membukanya.

"Berapa isinya" tanya sahabat saya lagi.
"Dua ratus ribu" jawab saya.

"Alhamdulillah" gumam saya dalam hati.
"Saya sama sekali tidak mengenal orang itu dan saya ke karawang cuma diajak, tapi orang itu memberi saya amplop berisikan uang Rp. 200.000 " bukan maen senengnya saya.

Sahabat saya melihat-lihat Amplopnya, lantas berkata :

"Kaya'nya amplop saya agak tebel nih Cik"
"Ya, harus itu.. kan temen kecil sampean" jawab saya sambil tersenyum.

Rupanya sahabat saya membuka amplop yang dia terima

"Cik...Saya dikasih Lima ratus ribu"

Sesaat kemudian dia memberi saya uang Rp. 150.000.

Saya sempat heran dan berkata. "Jangan !! itu rejeki sampean".

Dengan nada yang sedikit keras, sahabat saya ini  berkata :
"Tidak !!
"Kita berangkat bareng, pulang bareng. Rejeki harus dibagi rata. !!"
"Jangan, giliran susah pengennya bareng-bareng, tapi giliran enaknya,  sendiri-sendiri.  Ambillah uang ini !!"

  Dengan berat hati, saya mengambil uang yang diberikan pada saya.

- PELAJARAN HIDUP -

  Sesampainya dirumah, saya tak bisa tidur memikirkan kejadian tersebut. Saya merenung. "Kita berangkat bareng, pulang bareng. Rejeki harus dibagi rata. !!". "Jangan, giliran susah pengennya bareng-bareng, tapi giliran enaknya,  sendiri-sendiri. Ambillah uang ini !!". Kata-kata ini benar-benar menampar saya. Selama ini saya kurang memperhatikan orang, saya cukup egois tentang hidup saya sendiri, atau bahkan bisa jadi saya telah banyak menari diatas penderitaan orang lain. Naudzubillah Minzalik.

Pun, disekitar kita, entah mereka itu pejabat tinggi atau pejabat rendahan, entah itu saudara atau teman, boro-boro rejeki di bagi rata, adanya juga rejeki kita, hak kita dirampas untuk kepuasan pribadi.

Ach...... pelajaran hidup yang berharga buat ku.... Terimakasih sahabat.

27 May 2011

Menolong Sesama

Beberapa hari yang lalu, di salah satu jejaring sosial saya bertanya pada teman saya "Pernah nggak anda dalam kesusahan yang teramat sangat, ada seorang yang datang membantu anda ? Bagaimana perasaan anda saat itu" ?

LK : "Setiap manusia pasti punya masa susah, itu normal kukira. Kalau ada yang membantu dengan tulus, rasanya hidup ini sempurna meski susah, jika ada yang membantu hanya untuk sesuatu, rasanya perih banget, tetapi inilah hidup, ada dua sisi, selalu ... jadi berdoalah...semoga di pertemukan dengan orang-orang baik, dikala sedang dan sangat teramat susah".

YL : "Rasanya seperti nyaris mati, ada yang nyambung nyawa kita..begitu berartinya pertolongan disaat-saat kritis itu, saya sering mengalaminya...sampai kapanpun saya selalu ingat kebaikan dari orang-orang yang pernah menolong saya, selalu saya doakan kebaikan buat mereka... disinilah manusia sebagai mahluk sosial itu De'.. selalu butuh bantuan orang lain. Biasanya kalau kita menanam kebaikan akan berbuah kebaikan juga".

PD : "Teman bisnis biasanya begitu....buat ku kebalikannya bang, jutru disaat gw susah, malah menjauh padahal giliran senenengnya aja bareng-bareng, saat gw susah ditinggal kabur....ternyata menanam kebaikan tidak melulu akan berbuah baik".

LK : "kita bisa lihat kualitas temen kita..kalau dia menjauh saat kita susah.. kalau kita senang pasti banyak yang mau mendekat ..tapi saat senang pun kita bisa tau kok orang itu tulus atau tidak".

AR : "Alhamdulillah....pasti senang dan berterimakasih".

LM : "Yo  pasti seneng dong..terharu banget ampe nangis".


"Sampai segitunya yah" ? pikir saya dalam hati.  Saya terenyuh membaca komentar-komentar para sahabat-sahabat saya ini.

Saya percaya bahwa hidup setiap mahluk telah diatur oleh Tuhan, itulah sebabnya mengapa Tuhan disebut Maha. Tuhan telah mendesain bahwa setiap manusia pasti mengalami yang namanya masa pahit,  tentu dengan maksud tertentu. Bisa saja Tuhan menciptakan situasi tersebut agar manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, atau bisa saja Tuhan memberikan sebuah wadah untuk dijadikan sebagai ladang amal. Saya tidak mengerti, sebab saya bukanlah seorang peneliti ataupun seorang ahli agama. Saya hanyalah seorang yang  berfikir bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan.  Kaya membantu miskin  sebaliknya  miskin membantu kaya, atasan membantu bawahan dan bawahan membantu atasan. Begitulah kira-kira. Sehingga terjadi hubungan yang harmonis, saling meninggikan moril dan saling mengisi kekurangan antara satu dengan yang lain.

Tak ada satu manusia pun yang menginginkan dirinya berada dalam situasi sulit. Saya rasa hanya manusia yang tak berakal saja yang mau mengkondisikan dirinya untuk berada dalam kondisi sulit. Semua telah diatur oleh Tuhan yang SUPER MAHA, manusia merencanakan tetapi Tuhan lah yang menentukan. Lantas muncul sebuah pertanyaan, "mengapa kita begitu egois sehingga tak mau menolong sesama ? bukankah kita semua pernah mengalami masa-masa pahit dalam hidup ? atau lupakah kita dengan rasa haru kita ketika pada masa pahit tersebut, ada orang mau menolong kita dengan keikhlasan hatinya ?


Marilah kita putar ulang  ingatan kita kembali pada masa-masa sulit kita dahulu, bagaimana terharunya hati kita pada saat kita ditolong, agar kita mau sedikit membuka diri untuk menolong sesama. Bukan sebaliknya, malah mempersulit kehidupan orang lain. Ingat !! Tuhan itu Super Maha, dia bisa membolak-balikkan sesuatu sesuai kehendak Nya. Terimakasih.

14 May 2011

Budaya Uang Rokok

"Harus ada uang rokok nya pak"  kata seorang bapak pada saya ketika saya mengurus sesuatu hal di ***. Saya tersenyum sambil menelan ludah.  "Ach...sejak kapan budaya uang rokok ini ada ? pikir saya dalam hati.  "Klo orang yang punya segudang uang, pasti tenang-tenang aja, lah klo orang yang makan sehari-hari aja susah, gimana ?? pikir saya lagi.

Tak bisa di pungkiri, uang rokok memang sudah menjadi sebuah budaya dalam kehidupan kita sehari-hari.  Tak usah munafik ! Dimana saja, mengurus apa saja, uang rokok adalah suatu keharusan agar segala urusan bisa berjalan dengan lancar. Ibarat sebuah masakan, uang rokok adalah sebuah bumbu yang melesatkan masakan sehingga makanan tersebut dapat tertelan secara lancar di tenggorokan. Celakanya lagi, budaya uang rokok ini sudah dianggap lumrah.

Dengan terpaksa, saya urungkan niat saya untuk melaksanakan urusan saya itu. Saya mengambil keputusan untuk pulang  sambil geleng-geleng kepala. Sedih...!!!

 

09 May 2011

Lepas dari Jerat Rentenir

      Waktu adalah masa yang teramat indah dan waktu juga adalah masa yang teramat pahit. Mungkin begitulah saya memaknai waktu. Seperti tulisan saya kali ini. Saya sedikit menuliskan sebuah kisah dalam perjajalanan saya melintasi waktu demi waktu.  Sebelum saya menulis tulisan di blog saya ini, mata saya agak sedikit berkaca-kaca mengingat semua kejadian-kejadian di masa susah dulu. Saya tidak mengatakan bahwa saya sekarang ini sudah sukses. Sama sekali tidak !!. Saya sangat jauh dari kata sukses itu. Saya hanya membandingkan antara masa dulu dan masa saya sekarang sebagai bahan perenungan dan introspeksi diri.  Mudah-mudahan para pembaca juga dapat memetik pelajaran dan hikmah dari tulisan saya ini.

      Tujuh tahun lalu, saya sempat mengalami sebuah masa yang teramat pahit, sebuah masa dimana RENTENIR masuk dalam kehidupan saya dan merusak segala apa yang saya punya.  Berawal dari sebuah masalah hidup yang mengharuskan saya memiliki uang secepatnya. Istri (sewaktu masih ada) dan mertua  mengalami sakit. Oleh karena kami tidak mempunyai bakat menjadi seorang perampok, penjamret, pencopet atau apapun itu namanya, maka salah satu jalan yang saya tempuh adalah pinjam. Namun rupanya "PINJAM" ini lah yang membuat mata saya berkaca-kaca jika mengingatnya.

      RENTENIR atau biasa juga disebut LINTAH DARAT adalah sekumpulan orang atau individu yang melakukan kegiatan dengan membungakan uang. Seluruh agama yang ada di Indonesia mengharamkan kegiatan ini, namun oleh karena nikmat, tidak memerlukan banyak fikiran, tenaga dan usaha yang susah payah, maka semakin suburlah kegiatan ini.

      Singkat cerita, istri mendatangi rentenir itu (tetangga rumah) dan meminjam uang padanya sebesar SEKIAN juta, dengan bunga 20 % per bulan. Transaksi selesai dan tidak ada masalah. Setiap bulan saya membayar bunga yang 20% itu, namun pokok utang tetap tak berubah. Bulan pertama, kedua dan ke tiga tak ada masalah. Masalah timbul ketika orang tua mengalami sakit, adik kuliah dll, kami tak bisa membayar bunga yang 20 % per bulan alias nunggak.  Berbungalah utang itu hingga mencapai SEKIAN juta. Alhasil abis lah saya luar dalam, saya mengadu sana-sini namun tak ada yang memberi pertolongan. Tragisnya lagi,  saya meminta keringanan pada Rentenir itu, dengan alasan bahwa hubungan kami selama ini sangat baik, bertetangga pula, hanya dinding tembok yang memisahkan rumah kami, namun Rentenir itu tetap saja tak memberi keringanan apapun.

Pertemuan dengan Uztad Arifin Ilham.

       Setiap hari saya mengadu pada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. "Tuhan, tolong saya, saya dalam kesulitan yang teramat sangat" begitulah kira-kira permohonan saya pada Allah. Hingga suatu ketika tanpa saya duga sebelumnya, Allah menuntun saya bertemu dengan Uztad Arifin Ilham (semoga Allah memberi kemuliaan padanya) di kediaman beliau di Depok (sewaktu beliau masih bermukim di sana).  Beliau (uztad Arifin Ilham) memberi saya beberapa nasehat agar jangan jauh dari sang pengatur alam yaitu Allah SWT, serta rajin bersedekah.  Rupanya Allah mendengar do'a saya. Setelah kurang lebih 1,5 tahun saya mampu terbebas dari belenggu RENTENIR yang selama itu menghabisi saya hingga ke tulang sum-sum saya, tentu dengan cara yang Allah kehendaki.  Bahkan Allah memberi saya lebih dari cukup, Subhanallah, terimakasih Ya Allah.

      Para pembaca dan sahabat sekalian, saya berharap semoga kita khususnya saya pribadi bisa mengambil pelajaran atas kisah ini. Tetaplah tersenyum walau hati tersakiti, sebab Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita. Saya berdoa'a semoga kita semua terhindar dari praktek rentenir, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan saya memanjatkan do'a khusus untuk sang rentenir yang nota bene adalah tetangga sebelah rumah saya, semoga beliau beserta sekeluarga di beri Hidayah oleh Allah, diampuni segala dosanya dan dikembalikan pada jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.  Amin.

08 May 2011

Menolong dan Ditolong

Saya dibesarkan sebagai anak pertama dari kedua orang tua yang harmonis, religius, demokratis dan penyabar. Adik saya ada tiga orang yang semua laki-laki. Sebagai anak pertama, saya adalah pemegang kendali sekaligus contoh dari adik saya, apapun yang saya lakukan semua terkontrol.  Seorang anak pertama, sangat lumrah jika dikatakan sebagai pengganti orang tua dalam mengatur, mengendalikan atau bahkan mengajari adik-adik.  This is fun, kemudahan ini memang melegakan.  Waktu terus berjalan dan tibalah saya pada sebuah titik jenuh, where all was bland.

Seperti ungkapan sebuah pepatah, bahwa waktu akan mendewasakan kita. Mungkin seperti itulah saya sekarang, maybe that was me now.  Dulu saya  terlalu sombong untuk bertanya atau enggan meminta pertolongan tentang sesuatu yang tidak saya pahami pada adik-adik.  Belakangan saya menyadari bahwa saya terlalu sombong bahkan sebenarnya saya sangat butuh pertolongan.

Jika kita berfikir jernih, tidak ada seorangpun yang tahu tentang segala hal sehingga ia tidak perlu bertanya. Manusia punya keterbatasan masing-masing bukan ? Hal itulah yang saya fahami sekarang bahwa bertanya bukanlah sebuah kelemahan atau tanda sebuah kebodohan. Justru sebaliknya bahwa bertanya adalah sebuah kekuatan, wujud kerendahan hati serta kepedulian kita atas anugerah Tuhan yang bernama kehidupan. Oleh sebab itu, mengapa harus malu untuk bertanya atau meminta pertolongan. Bukankan sebuah pertolongan bisa membalikkan sebuah kehidupan yang sulit menjadi lebih mudah ? Pun terhadap pemberi kehidupan yaitu Tuhan YME, Tuhan akan mencap kita sebagai manusia yang sombong jika tak berdo'a meminta sebuah pertolongan atau petunjuk pada Nya.

Selain sebagai seorang abdi negara, saya adalah seorang pencinta musik. Jika ada waktu luang, saya terkadang menciptakan sebuah lagu, atau bermain Band dengan kawan-kawan. Pernahkah kita merenung  sejenak bahwa  Drum tak akan indah tanpa dibantu oleh Bass, Bass tak akan merdu tanpa dibantu oleh Gitar dan begitupun sebaliknya sehingga tercipta sebuah alunan yang indah dalam kehidupan.

Maka bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa bertanya, membantu dan dibantu adalah sebuah harmoni kehidupan yang akan menjadikan kehidupan itu sendiri berjalan dengan indah. Untuk itu mengapa masih  enggan bertanya, mengapa masih enggan meminta pertolongan dan mengapa masih enggan memberi pertolongan ??

06 May 2011

Sahabat Sejati

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman lama, teman masa SMA yang sudah saya anggap sebagai saudara. Sebuah pertemuan yang sungguh sangat mengharukan. Bagaimana tidak, teman lama ini adalah teman yang dulu pernah mengangkat saya dari sebuah keterpurukan pasca SMA.

Pertemuan yang penuh gelak tawa walau sesekali wajah kami menampakkan wajah serius ketika memasuki topik pembicaraan yang memang mengharuskan kami berwajah serius. Berjuta cerita keluar dari bibir kami masing-masing, tentang pacarnya yang sekarang sudah memberinya 4 orang anak setelah melalui proses ikatan suci sebuah pernikahan, atau tentang apa saja. Saya bagai membaca ensiklopedia atau menonton sebuah film tentang perjalanan hidup seseorang. Sangat menyenangkan bertemu sahabat lama yang sudah sekian tahun tak bertemu. Apalagi dengan seorang sahabat yang pernah mengangkat saya dari sebuah keterpurukan. Yah, keterpurukan sikap, akibat fikiran-fikiran masa muda yang emosional.

Setelah mengobrol nyaris dua jam lamanya dengan menghabiskan segelas kopi dan beberapa makanan ringan di sebuah Mall terkemuka di kota Depok.  Saya pulang ke rumah,  sambil merebahkan tubuh saya diatas kasur, saya merenung jauh dan di sinilah saya merasakan arti penting sebuah sahabat, tentu sahabat sejati yang tanpa balutan kata kamuflase atau kemunafikan. Sahabat yang bisa saling mengingatkan satu sama lain untuk kebaikan. Entah apa jadinya saya sekarang jika dulu sahabat saya ini membiarkan saja apa yang saya inginkan. Atau bahkan mengiyakan  apapun yang saya lakukan.

Saya sama sekali tidak mendewakan atau membangga-banggakan sahabat saya ini, oleh sebab dia adalah salah seorang yang berjasa dalam hidup saya. Sama sekali tidak. Saya hanya berfikir bahwa begitu banyak manusia tergelincir dalam kehidupan yang sia-sia atau bahkan amruk, rusak dan tak punya masa depan hanya karena sahabat. Sahabat yang konon katanya mencintai serta menyayangi kita padahal ternyata menghancurkan kita. Ada berapa remaja putus sekolah bahkan terlibat narkoba, ada berapa rumah tangga rusak, ada berapa wanita jadi pelacur, ada berapa lelaki yang menjadi pecandu miras dan ada berapa orang yang tergelincir dalam dunia hitam hanya karena sahabat ?? Ach...Rasanya saya tak perlu membeberkan satu persatu tentang hal ini sebab anda pun sudah banyak melihat fakta-fakta yang ada disekeliling anda bukan ??

Sahabat sejati adalah sahabat yang dengan keikhlasan hatinya mau berkorban dan mengangkat kita dari sebuah keterpurukan, bukan menghancurkan !!

03 May 2011

Tips Memberi Nama Pada Anak

    Apalah arti sebuah nama, begitulah kira-kira Shakespare berkata. Sebagian orang ada yang sependapat tentang ungkapan tersebut, tapi sebagian yang lain bertolak belakang. Mereka beranggapan bahwa nama adalah do'a dan menunjukkan jati diri serta harapan dari sang pemberi nama yaitu orang tua.

    Saya pernah mendengar lagu yang dilantunkan oleh seorang yang bernama Sualudin.  Berkat lagu udin sedunia nya yang sangat fenominal itu, nama-nama udin sudah tak asing lagi di kuping kita. Terkesan lucu memang, namun jika kita tela'ah secara cermat, dari lagu udin sedunia tersebut kita dapat mengambil sebuah pelajaran yang berharga bahwa nama adalah sebuah hal penting dalam perjalanan hidup seseorang.

    Jaman dulu, orang tua sering memberikan nama yang sangat singkat pada anak-anaknya, seperti Bejo, Agus, Sutinem, Supangat, Saliyem dll. Cukup dengan satu kata. Tapi dijaman sekarang ini,  nama-nama panjang seperti Michael Satriawan Budi Bhakti Nugraha, Stiven Sahputra Prima Negara, dll rupanya menjadi pilihan banyak orang tua. Mungkin agar terlihat keren barangkali. Tidak ada yang salah, orang tua memberi nama pada sang anak tentu dengan alasan-alasan tertentu.  Namun perlu orang tua ketahui bahwa memberikan nama panjang ala kebarat-baratan yang agak sedikit jelimet akan sangat berpengaruh pada perkembangan mental anak nantinya. Coba bayangkan, jika suatu ketika anak anda duduk di sebuah meja, mengisi lembar tes ujian masuk sekolah yang mengharuskan mengisi kolom nama dengan nama lengkap. Betapa repotnya anak anda, teman-teman anak anda sudah mengisi kolom jawaban, sementara anak anda masih berkutat dengan pensil, menghitami huruf-huruf dalam kolom nama.

"Oh... kalau begitu, aku akan memberikan nama pendek aja pada anak-anak saya, biar tidak berkutat dengan pensil kelak".

Sah-sah saja. Tidak tidak ada yang salah, namun perlu di waspadai, bahwa memberikan nama pendek pada sang anak juga harus hati-hati. Semisal anda memberikan nama Agus pada anak anda, bisa di bayangkan ada berapa Agus yang menoleh jika suatu saat ada orang yang memanggil nama Agus.

    Bagaimana jika mengambil nama dari do'a atau nama-nama yang ada dalam kitab suci ? Apakah itu menjadi hal yang baik ? Tentu saja baik, sebab nama adalah doa dan wujud harapan orang tua pada sang anak.
"waduh.. ketinggalan jaman pak !!"
Jangan salah, nama yang diambil dari do'a atau nama-nama yang ada dalam kitab suci, jika sedikit di tambahkan dengan nama tertentu yang sesuai dengan perkembangan jaman.  cakep lho.
Misal, nama Pak Mentri Kelautan dan Perikanan kita, Bapak Fadel Muhammad, atau nama Wulan fitri Aisyah.

Catatan :
Selain nama Pak Mentri Kelautan dan Perikanan kita Bapak Fadel Muhammad, nama-nama yang saya tuliskan diatas adalah nama-nama fiktif hasil pemikiran saya, jika ada kesamaan, itu hanya kebetulan dan tanpa disengaja.

01 May 2011

Penanaman pohon oleh satuan Ajen Divif 1 Kostrad

Ada sebuah pepatah cina kuno yang berbunyi "jika engkau berfikir untuk satu tahun ke depan maka semailah biji, tetapi jika engkau berfikir sepuluh tahun ke depan, maka tanamlah sebatang pohon".

Rupanya pepatah cina kuno tersebut mengilhami Satuan Ajudan Jenderal Divisi Infanteri 1 Kostrad sehingga pada hari Sabtu (30/4/11) Satuan Ajen Divisi Infanteri 1 Kostrad bersama Koramil Sukmajaya, komponen masyarakat sekitar kelurahan Kalimulya Depok, Ormas dari FBR dan Pramuka mengadakan acara karya bhakti penanaman pohon bersama dengan warga sekitar.

Ini dia dokumentasinya



 
Semoga pohon-pohon yang ditanam dapat bermanfaat bagi anak cucu dan bumi. Amin...