22 January 2011

dibawah bayang-bayang kisah

di bawah bayang-bayang kisah,
ia tak mudah berjalan beriringan
raganya tak lagi merasa

ia hanya terbang mengitari cakrawala, tak lagi hinggap mencumbu mawar, angrek, melati atau apapun itu perumpamaannya
hanya sebuah alunan yang terfikir
yaitu alunan cinta nya dari surga yang mewujudkan darah, daging dan nafas agar kelak dapat berdiri tegar hadapi kerasnya alam

ia sering membasuh tubuhnya di atas telaga
telaga bukan sembarang telaga
tapi telaga yang mampu menyatukan antara mata dan akal, agar bisa seiring sejalan

Tidak akal membutakan mata
atau mata mematikan akal

Mungkin begitulah cara ia menggauli waktu
sebab trauma membuntutinya sepanjang waktu.


16 January 2011

kau tak lagi seperti mawar

aku masih di tempat ini,
tempat dimana kita pernah menjelajahi waktu
dengan senyum dan amarah
lantas kita menyatu dalam sebuah irama
sebab perbedaan adalah kesamaan

mungkin kau telah lupa
bahwa ditempat ini pernah berdiri sebuah kerajaan hati
yang dulu aku bangun dengan susah payah
dan dengan do'a yang tak kunjung padam

bagaimana tidak, seluruh kata telah habis menjelma dalam diam
dan ternyata perbedaan adalah benar-benar perbedaan
yang merubah segala bentuk kesucian
atau kemurnian hati
perlahan terselimuti
kau tak lagi seperti mawar !!

Tapi kau pasti tak akan lupa
bahwa aku masih di tempat ini
menatap senja yang pelan-pelan memudar tertutup kabut
hingga burung datang mematuk pagi
atau hingga detik berhenti
dan
cukuplah namamu ada
di kaca yang berembun
di jendela kamar ku
sebab kau tak lagi seperti mawar !

09 January 2011

Puisi tentang aku dan mimpi

Terbanglah mimpi,
mimpi dalam terang, dalam gelap, dalam siang atau dalam malam. Mimpi yang selalu kau sematkan di pundakku yang merapuh. Lantas aku tak mampu menatap harap, harap yang mengungkap sebuah tabir tentang mu.

Dan dalam layar penuh tulisan orang-orang berilmu, ilmu gelap atau ilmu terang, ilmu putih atau ilmu hitam, ilmu jujur atau ilmu dusta, terpajang dirimu, memegang kepala dengan sedikit senyum hambar, seperti ingin menghujat diriku yang bodoh, bodoh untuk terus mengharap mimpi merubah nasib, nasib benderang atau nasib gulita. Nasib yang kini meninju ku untuk segera menjauh.

Dan diatas jemariku ada telunjuk mu, yang menunjuk-nunjuk diriku, setiap waktu, waktu yang telah lama terbunuh. Lantas telunjuk mu mematahkan seluruh tangan ku. Seperti ramuan magis dari negeri penyihir. Aku menurut saja apa yang kau mau.

Dan saat ini, hatiku harus berkata : ''pergilah kau wahai mimpi, sebab aku tak ingin bodoh''. Aku ingin hidup seperti orang-orang kebanyakan. Merasakan cinta tulus dari lubuk hati, untuk saling mengisi, saling berbagi, bukan mengharap sempurna, sebab aku dan kamu sama. Manusia dengan segala keterbatasan.

Depok, 09.01.2011

02 January 2011

Tetaplah menulis

tetaplah menulis
dari hati
tentang cinta
tentang bunga
tentang kerasnya hidup
atau tentang waktu yang tak lagi kembali

kelak sang buah hati tersenyum
mengenang mu
yang tak bisa kembali menembus waktu

01 January 2011

Puisi : Penulis berkata



Penulis itu berkata pada hati
setahun lebih sudah aku mendatangi mu
merajam jantung mu
menodai darah-darah dan
menelanjangi mu setiap waktu
seperti panah beracun
berkelana hingga kau nampak iba

dimata, hidung, mulut, telinga dan diantara bening jiwa
tak ada yang berubah
masih berharap
kau iba

sementara disana nampak berpesta
menari di singgasana murka
tak bisa padam, nyala geram tak kunjung sirna

bisakah kau sedikit iba ?
sebab tahun telah berganti warna
sebab tahun telah berganti nama
sebab tahun telah berganti suasana
aku ingin hidup seperti orang-orang kebanyakan.

bisakah kau sedikit iba ?
atau aku terus menulis kisah ini yang tak pernah ada kata akhir ?

--------------------------------
*Selamat Tahun baru 2011*