14 August 2011

Kisah Layar Putih Yang Sombong

Disebuah pantai yang luas, terlihat sebuah perahu nelayan yang menggunakan layar putih mengikuti angin menuju ke dermaga kecil di sebuah desa.
Layar putih menerima tiupan angin sehingga perahu nelayan itu dapat maju menerjang gelombang. Sang layar sangat  mengagumi dirinya, sang layar bangga melihat bayangan dirinya yang terlihat di permukaan air. "Aku laksana kupu-kupu raksasa putih yang menegakkan sayap, begitu indah, begitu gagah. Nelayan tak dapat mencari ikan di laut tanpa ku. Karena aku, dapur nelayan bisa ngebul." gumam sang layar bangga.

Sang layar lantas menertawai sebuah dayung kayu yang tersimpan di pinggir perahu. Dengan bangga berkata, "Hai dayung, kamu ini benda yang tidak berguna, kamu bukanlah keluarga besar kami. Kamu hanya seonggok sampah, kumal dan hanya menempel saja di pinggir perahu. Lihatlah aku, perahu ini melaju dengan cepat menerjang ombak, semua karena adanya aku si layar putih ! Sedang kamu ! tidak dapat mengerjakan apa-apa kecuali bermalas-malasan tidur dipinggir perahu !" Dayung hanya diam tak membalas.

Ketika senja telah datang, perahu telah mendekati dermaga. Terlihat nelayan melepaskan tali, terdengar bunyi sreeeet ! layar tergulung dari atas ke bawah. Selanjutnya nelayan mengambil dayung kayu yang sedari tadi menempel di pinggir perahu. Sang nelayan mulai mendayuh perahunya menuju dermaga sehingga perahu tersebut dapat menempel di sisi dermaga. Si layar nampak cemas, raut wajahnya menempakkan kegelisahan, "Mengapa saya di gulung, dan mengapa pula si nelayan menggunakan dayung tak berguna itu !" teriak layar.
"Ha..ha..ha..ha...sekarang kamu sudah mengerti kan ?" kata dayung.
"Kamu hanya merasa bangga dan hebat jika sedang mengikuti angin, sedang aku, walaupun kemampuan ku tidak besar tapi justru bisa digunakan untuk melawan angin".
"Hai, layar ada saatnya kamu di butuhkan dan ada saatnya pula aku dibutuhkan".

Mendengar perkataan dayung, sang layar tak dapat berkata-kata, dia hanya diam dan menyesali kesombongannya.

Kesimpulan :
Setiap manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan. Pada saat diri berada pada kejayaan, punya segudang gelar, rumah mewah, uang melimpah, janganlah sombong, bangga diri dan memandang rendah orang lain. Pun, jika berada pada posisi yang kurang menguntungkan, janganlah memandang rendah diri sendiri. Manusia adalah mahluk sosial yang tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Orang kaya ada oleh sebab adanya orang miskin, orang pandai ada oleh sebab adanya orang bodoh, begitu sebaliknya. Maka kenali dan sadari diri dengan tepat dan dengan hati yang jernih, barulah kita dapat menikmati indahnya hidup..... Insya Allah.

13 August 2011

Seorang Pemuda Tergiur Dengan Harta Benda

Dahulu kala, ada sebuah desa yang sangat miskin kehidupannya. Tanahnya tandus dan tidak ada padi-padian yang bisa tumbuh disana. Masyarakat desa merasa gelisah dan pusing, tidak tahu cara apa yang harus digunakan agar bisa menghasilkan lebih banyak uang.

Di pinggir desa, ada sungai yang airnya berwarna merah, mengitari desa tersebut. Tidak ada yang tahu asal-usul sungai tersebut dan akan mengalir kemana, dan tidak pula ada yang tahu sudah berapa lama sungai itu mengalir. Didalam desa, ada seorang tua yang jenggotnya sudah putih semua dan merupakan orang tertua di desa itu. Dia sering berkata, "Leluhur pernah mengatakan, air sungai itu berasal dari tangisan seorang Dewi yang tidak rela meninggalkan dunia fana ini. Didalam sungai terdapat kalung, permata hitam dan berbagai perhiasan Dewi tersebut, sebab perhiasannya tertinggal bersama deraian air matanya. Sudah ribuan tahun berlalu, sampai saai ini tak ada satupun yang bisa mengambilnya".

Ada beberapa pemuda yang pandai berenang di desa itu. Karena mempercayai perkataan sang kakek, semuanya ingin menyelam ke dalam sungai merah. Mereka bertekat mencari harta karun sang Dewi di dasar sungai. Suatu hari beberapa pemuda melompat dan menyelam ke dasar sungai, seluruh tubuhnya masuk kedalam air,  mereka meraba-raba dasar sungai, setelah itu muncul kembali menghirup nafas dalam-dalam, kemudian menyelam lagi. Tiba- tiba seorang pemuda memegang sesuatu yang bulat dan keras. hatinya merasa senang bukan kepalang dan berfikir pasti inilah hartanya. Pemuda itu berenang ke tepi dan melihat apa yang telah diperolehnya. Benda itu berbentuk bulat, dan mengeluarkan sinar hitam.
Sebenarnya benda itu adalah siput, tetapi karena fikirannya telah dihantui oleh rasa ingin kaya raya, punya harta banyak, lepas dari kemiskinan, dia tidak memeriksa lebih lanjut. Dengan gembira pemuda tersebut berlari kembali ke desa. "Aku menemukan harta karun !! aku menemukan harta karun !! aku sudah menemukan permata hitam !!" teriak pemuda itu dengan kerasnya. Warga desa yang mendengar kabar ini langsung berkerumun untuk melihat. Mereka semua memuji pemuda itu. "Akhirnya desa ini mendapat harta karun. Sekarang kita pasti kaya raya !" teriak salah seorang warga.
"Ayo, sekarang juga kita jual mutiara hitam itu ke kota, agar secepatnya kita menjadi kaya raya !"

Berangkatlah pemuda itu bersama beberapa orang warga ke kota untuk menjual hasil temuannya. tetapi betapa kagetnya mereka sebab beberapa Toko Perhiasan yang mereka temui semua hanya tertawa terbahak-bahak sambil berucap "Kalian ini sudah gila ya, sejak kapan siput berubah menjadi mutiara ?"  


Kesimpulan : Saat tergiur dengan harta benda, biasanya manusia dapat kehilangan kemampuannya untuk menilai sesuatu, terkadang akal sehat hilang. Tidak mau mendengar saran dan pendapat orang lain dan mengambil tindakan bodoh.

10 August 2011

Pengadilan Antara Si Miskin dan Si Kaya

Suatu hari, ada seorang yang miskin sedang bepergian dengan mengendarai kuda. Saat hari telah siang, dia merasa lapar dan dahaga. Dia lalu mengikatkan kudanya pada sebuah pohon besar, kemudian duduk menikmati makan siangnya. Pada saat orang miskin tersebut sedang menikmati makan siangnya, datanglah seorang yang kaya raya yang juga ingin beristirahat sambil menikmati makan siang. Orang kaya tersebut mengikatkan kudanya di pohon besar tempat si miskin mengikatkan kudanya.

Melihat hal tersebut, si miskin berkata "Wahai tuan, mohon anda jangan mengikatkan kuda anda disana sebab kuda saya belum terlatih, nanti kuda tuan bisa ditendang oleh kuda saya sampai mati". Tetapi orang kaya itu malah berkata "Dimanapun saya mengikatkan kuda saya, itu urusan saya. Kamu tidak perlu mencampurinya !!"

Setelah mengikatkan kudanya dengan baik si kaya duduk dan menyantap makanan yang telah dibawanya lengan lahap. Tak lama kemudian terdengar suara kuda meringkik-ringkik, menggigit dan menendang. Si kaya dan si miskin berlarian menuju suara kuda tersebut. Dan betapa kagetnya si Kaya, kuda kesayangannya mati di tendang oleh kuda si miskin. Si kaya pun marah bukan kepalang "Lihatlah ! apa yang telah di perbuat oleh kuda anda pada kuda saya ! Ganti kuda saya !" sambil menyeret si miskin ke pengadilan.

Setelah mendengar tuntutan dari si kaya, hakim pun bertanya kepada si miskin "Apakah benar kuda anda telah menendang mati kuda nya ?"
Hakim terus bertanya, tetapi si miskin diam seribu bahasa. Bungkam !. Berkali- kali hakim bertanya, si miskin tetap diam. Akhirnya sang Hakim menghela nafas sambil berkata "Cara apalagi yang bisa di pakai, orang ini adalah orang yang bisu, tidak bisa berbicara."
Mendengar perkataan hakim, si kaya dengan lantang berkata "Tidak !! dia tidak bisu pak hakim ! dia sama seperti kita, bisa berbicara !"
"Benarkah itu ?" tanya pak hakim.
"Betul pak hakim, dia bisa berbicara, sebab ketika saya mengikatkan kuda saya di pohon tersebut, dia berkata pada saya, "Wahai tuan, mohon anda jangan mengikatkan kuda anda disana sebab kuda saya belum terlatih, nanti kuda tuan bisa ditendang oleh kuda saya sampai mati !".

Mendengar perkataan si kaya, pak hakim berkata "Oh, kalau demikian, orang ini tidak bersalah, dia telah memperingatkan kamu, untuk tidak mengikatkan kuda mu di pohon tersebut. Oleh karena itu, kamu tidak bisa meminta ganti rugi atas kuda kamu yang mati itu."
Kemudian pak hakim bertanya pada si miskin "Mengapa kamu tidak mengatakan alasan apapun untuk menyangkal ?"
Si miskin menjawab, "Karena saya tahu anda pasti lebih percaya kepada perkataan orang kaya dan mempunyai kekuasaan. Anda tidak akan mungkin mempercayai perkataan orang miskin seperti saya ini. Untuk itu saya ingin orang kaya itu mengatakan sendiri kepada anda tentang apa yang telah terjadi. Anda sekarang lihat, bukankah sekarang sudah jelas siapa yang benar dan siapa yang salah ?"

*Pada saat berdebat, perlu membiarkan lawan bicara menyampaikan pendapat, sedang kita sendiri diam mendengarkan dan mencari titik kelemahan dari pendapat lawan, dengan demikian kita akan bisa memperoleh kemenangan yang pasti.


09 August 2011

Banyak Bicara itu Baik ??

Dikisahkan di sebuah negeri, hidup seorang guru bernama Abdullah, ia mempunyai seorang murid bernama Rahmat. Suatu hari sang murid bertanya kepada gurunya, "Guru, apakah menurut anda, banyak berbicara itu baik ?"

Sang Guru menjawab, "Kamu lihat katak di pinggir sungai atau di seputaran kolam-kolam. Mereka selalu berbicara tak henti-hentinya, tidak perduli siang atau malam, mereka berbunyi sepanjang waktu. Tetapi walau mereka terus bersuara sampai tenggorokan mereka kering dan lelah, tak ada satupun yang memperhatikan apa yang sebenarnya mereka ributkan. Orang-orang seakan tak pernah menghiraukan suara-suara mereka. Tapi coba kamu lihat seekor ayam jantan. Ayam jantan hanya berkokok pada waktu-waktu tertentu. Jika subuh menjelang ayam jantan berkokok dengan nyaring dan tepat waktu. Begitu Ayam jantan berkokok di pagi hari, orang-orang satu persatu bangun dari tidurnya yang lelap dan memulai hari baru dengan berbagai aktifitasnya masing-masing. Bandingkanlah kedua binatang itu !! maka apakah banyak bicara ada baiknya ? Bila kita mengetahui dengan tepat kapan waktunya kita berbicara, kapan waktunya berpendapat, serta mampu menyampaikan hal terpenting tanpa berbelit-belit, maka kita bisa mendapat perhatian orang lain dan memperoleh hasil yang di inginkan.

Sang murid mendengarkan nasehat gurunya dengan mengangguk-angguk.

Hikmah yang bisa di petik dari cerita diatas adalah bahwa :

Orang yang pandai berbicara, bukan berarti selalu harus berbicara tanpa henti atau berbicara tanpa tujuan. tetapi orang yang hanya berbicara pada waktu yang tepat, dengan situasi dan kondisi yang tepat pula bahkan berbicara pada poin-poin terpenting yang akan dihargai orang.

04 August 2011

Sewaktu Janji Itu Kita Buat

Apakah kamu masih ingat 
bagaimana kita dulu bersama-sama, 
percaya pada sebuah kata bahwa cinta akan menyatukan kita selama-lamanya 

dan hati ku berkata, bahwa kita adalah insan pemimpi 
yang berani berkata cinta di bawah sinar matahari 
yang merasa sebagai seorang penyelamat 
memberi kehidupan yang abadi 

selalu menjadi milikku selamanya, 
kataku padamu, 
aku akan memberi mu singgasana 
kekal seperti rembulan hidup untuk saat ini, nanti dan selamanya 

Yah... aku masih ingat, 
setiap kata berbisik dan sentuhan kulit mu memberi kehidupan 
seperti sebuah lagu cinta yang pernah aku dengar, 
jari kita saling mengikat, 
lantas desiran darah mengaliri jantung ku 
aku masih ingat semua itu kala kita pernah sama-sama percaya pada sebuah kata 
bahwa cinta akan menyatukan kita selama-lamanya.



03 August 2011

Pengantar Koran dan Baju Koko Jilid Dua

Dengan celana pendek warna coklat persis celana pramuka, baju kaos putih dan sepasang sendal jepit butut agak kebesaran.  Anak kecil itu mengayuh sepedanya dengan kencang. Sore itu langit seakan tak bersahabat dengannya. Warna merah dilangit bagian barat berubah warna menjadi hitam kelam. Sebentar lagi hujan deras menghantam bumi. Bulan itu memang bulan ke dua belas kalender masehi. Dari Nopember hingga Mei angin bertiup dari utara barat laut membawa banyak uap air dan hujan ke kawasan Indonesia.

Sekitar tiga bulan sudah anak itu menjadi mesin pencari uang untuk dirinya sendiri dan baru kali inilah ia berhadapan dengan situasi yang akan membuat koran-korannya menjadi bubur. Koran pasti akan telat kerumah pelanggan atau omelan meluncur deras dari bibir Bos. Hujan mulai turun dengan malu-malu. Anak kecil itu berhenti sejenak disebuah warung kelontong pinggir jalan.
"maaf ibu, saya numpang berteduh" ucapnya pada ibu pemilik warung.  
"iya, silahkan nak, tidak apa-apa. kamu tukang koran ya nak" jawab sang ibu.
"Iya, bu" jawab sang anak agak sedikit gelisah.
"kamu nampak gelisah, ada apa ? tanya sang ibu.
"saya harus mengantarkan koran ini tepat waktu, jika tidak saya pasti dapat omelan dan saya pasti kemalaman pulang kerumah". jawab sang anak.
"kalau begitu ibu, punya mantel plastik di dalam rumah. kamu boleh memakainya. Tunggu sebentar ya..ibu ambilkan" ucap sang ibu.
"trimakasih Bu' jawab sang anak.

Anak kecil itu menggayuh sepedanya dengan kencang. Sendal butut kebesaran yang tertinggal di warung klontong, tak lagi di hiraukan. Kehilangan sendal jepit butut akan membuatnya kehilangan separuh dari gajinya sebagai tukang koran, sebab harga sebuah sendal walau butut sekalipun sangat mahal bagi orang-orang sekelas dia. Tetapi baginya, ada seorang yang berhati baik di kota yang cuek, dimana harkat, martabat, kasta dan segala macam di ukur dengan uang adalah sebuah anugerah terintah yang pernah dirasakannya.

Ketika sholat terawih tiba, anak kecil pengantar koran itu berdo'a ..."Semoga Tuhan memberi baju koko yang bagus-bagus buat anak-anak  ibu warung tadi, jangan seperti saya, tak punya baju koko. Amin."

 

*sebuah cerita masa lalu dari seorang anak di Palopo Sulawesi Selatan*