08 June 2011

Tak Usah Risau Dengan Perkataan Bodoh

Belakangan ini saya sering menonton sebuah acara di salah satu tv swasta nasional, acara itu cukup menarik saya kira, sebab para mahasiswa saling berdebat dengan mengeluarkan beberapa argumen-argumen yang sangat menarik. Ada pro dan kontra disana.  Jika tak ada sesuatu yang sangat mendesak, saya pasti  menonton acara ini sampai usai.

Dipasar, di warung kopi, di gedung-gedung, di dalam rapat, di dalam rumah tangga, atau bahkan di dalam hati kita sekalipun, selama manusia hidup, perdebatan pasti terjadi. Seperti beberapa hari belakangan ini, saya menerima telepon dan  menerima banyak sekali SMS dari salah seseorang  yang tak perlu saya sebutkan namanya. Salah satu isi sms yang paling membekas adalah "saya tak akan pernah mengemis pada mu, jika saja dari dulu semua ini telah selesai".

Perdebatan Batin

Dalam tulisan saya beberapa pekan yang lalu, saya sempat berkata bahwa saya lahir dari keluarga yang sederhana, harmonis, demokratis dan religius. Setiap orang tua mengajarkan sikap untuk saling bantu dan saling menolong antar sesama, seperti sebuah ungkapan bijak "lebih baik tangan diatas dari pada tangan dibawah".  Begitupun orang tua saya, mereka mengajarkan saya agar menolong tanpa pamrih terlebih untuk orang yang dalam kesusahan, sebab Tuhan memberikan kemuliaan bagi orang yang menolong sesama.

Mungkin saja saya orang yang sangat bodoh, sehingga dalam hidup saya, saya sering  menerapkan kata orang tua saya itu. Saat ini saya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, saya berteduh di sebuah kedai kopi sebab hujan sangat lebat. Saya merenung jauh ke beberapa tahun silam. Dan sebuah pertanyaan muncul dalam fikiran saya
"inikah buah dari sebuah pohon pertolongan itu ?"
"kok pahit nian rasanya ?" 


lantas disatu sisipun berkata :

"Ini dunia Man.....kau dulu menolong atau tidak, tak ada yang perduli pada mu,  bahkan orang-orang menyalahkan mu, mereka berkata bahwa kau adalah orang bodoh dan tak punya akal, bahwa ini salah mu sendiri  !!" 


Bodoh ? saya sendiri tidak begitu faham, apakah bodoh itu ada derajatnya atau tidak, dan apakah menolong itu harus milih-milih objek yang harus ditolong atau tidak. Saya benar-benar tak faham, sebab orang tua saya dulu mengajarkan saya untuk menolong saja, tanpa menyuruh untuk memilih objek yang harus saya tolong. Seperti tulisan pembuka saya diatas, begitu hebat perdebatan batin itu.

Tak usah risau

Saya percaya bahwa Tuhan telah menentukan garis hidup seseorang, dan tak ada seorangpun yang menginginkan dirinya berada dalam posisi sulit. Sulit atau tidak, tak ada hubungannya dengan menolong.  Saya rasa pada saat menolong sesama, tak ada niat sedikitpun untuk menyulitkan diri sendiri, bahkan oleh karena rasa kebersamaan sebagai manusia sosial dan rasa keprihatinan akan penderitaan sesama maka keinginan untuk menolong itu timbul. Bukankah itu sebuah kemuliaan ?

Maka tak usah risau dengan perkataan bodoh, sebab perkataan itu datangnya dari manusia. Bukan datangnya dari Tuhan.

3 komentar:

Awaluddin Jamal said...

bisa jadi saat ini kita memang belum menuai manisnya apa yang kita tanam dari dulu..

tapi nanti ketika sudah "disana" kita baru akan mengerti bahwa apa yang dulu kita tanam akhirya berbuah juga dan buahnya lebih manis karena benar-benar telah "matang" setelah melalui berbagai ujian sebelumnya..

so, ayo terus menolong karena itulah tanaman yang akan memberikan buah manis bagi kita.. he he..

lamaku ndak datang, disini.. makin mantap saja :D

Unknown said...

Artikelmu bagus juga,
silahkan berkunjung di blog saya @
Get A New Articles
makasih...^^

Kuliner Cilacap said...

mantap lah artikelnya lama ru kunjung lagi disini