Agama mempunyai
peranan penting dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang berakhlak, maju, mandiri
dan sejahtera lahir batin dalam suasana kehidupan yang serba selaras dan
berkeseimbangan. Sejalan dengan itu, pembangunan agama sebagai bagian tak
terpisahkan dari pembangunan nasional diarahkan untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kerukunan kehidupan umat
beragama, meningkatkan peran serta umat dalam pembangunan, serta meningkatkan
pendidikan agama dan keagamaan pada semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
Dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sarana dan prasarana ibadat berbagai agama terus ditingkatkan baik jumlah
maupun kualitasnya. Dalam rangka membina kerukunan hidup antar umat beragama
sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa yang harmonis, kegiatan
musyawarah antar umat beragama terus ditingkatkan. Kegiatan yang dilakukan
meliputi antara lain musyawarah antar umat beragama, musyawarah antara umat
berbagai agama, dan musyawarah cendekiawan berbagai agama.
Adapun cara meningkatkan kadar keimanan
sesuai dengan agama islam adalah sebagai berikut :
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam
yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah
membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya.
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki
target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an
mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain
pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad 38:29) ”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah
ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan
Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan
hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah. Bila seseorang memahami sifat
Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah
keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat
memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya
(yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
c. Pelajari dengan cermat
sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalaam. Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan
menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan
untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku
utusan Allah. Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasalaam dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”.
Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah
sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum
cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasalaam menjawab, “Insya Allah, di
akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah
hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasalaam.
Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan
dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini
diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam
yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari
tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom. Adalah lumrah,
bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan
sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita
dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam
semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan
yang baik secara ikhlas
Amal
perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah
kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan
keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati. Ciptakan
sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an,
zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim
salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan
dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah,
perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid
(khususnya bagi pria).
4. Adapun sebab-sebab turunnya kadar
keimanan :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
a. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak
tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang akan dihadapinya kelak
di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut
jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
b. Ketidakpedulian,
keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan
pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai (yang ia
pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini
menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak
punya rasa takut dan malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu
tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya
berbuat rendah hati dan sederhana. Kengganan seseorang untuk melakukan suatu
kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk
orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci
hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman
syeitan (Thaaha 20:124).
c. Menyepelekan dan melakukan
perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap)
perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap,
misalnya dimulai dari zinah pandangan mata yang dianggap dosa kecil kemudian
berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan
proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena
itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
5. Sebab-sebab dari luar diri kita
(External) :
a. Syaitan
Syaitan adalah musuh
manusia. Tujuan syaitan
adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak
membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang
syaitan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah,
membujuknya melakukan dosa.
b. Bujukan dan rayuan
dunia. Allah Subhanahu WaTa’ala berfirman : “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita
lakukan, seperti mencari nafkah, bertemu teman dan keluarga, seharusnya
semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat.. Dalam situasi dimana tujuan
dunia menguasai hati kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati
kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan kita.