30 May 2011

Rezeki Dibagi Rata

    Saya mempunyai seorang teman. Seorang laki-laki yang usianya lebih tua dari saya. Saya kelahiran tahun 1975, sedang teman saja ini sekitar tahun 1968. Kami berteman sudah sangat lama, sekitar 12 tahun. Saya berasal dari Sulawesi Selatan sedang teman saya ini berasal dari Padang -Sumatera Barat. Teman saya ini satu profesi dengan saya. Banyak cara pandang tentang hidup,  tentang bagaimana cara bergaul, apa itu persahabatan dan lain-lain yang saya pelajari darinya. Dia tak pernah mengajari saya secara langsung dengan menggunakan berbagai macam buku dan  teori-teori  yang jelimet. Dia tak banyak bicara dengan saya tentang  bagaimana bersikap, bagaimana bergaul atau bagaimana merasakan sebuah rasa pertemanan layaknya orang-orang yang sok pintar, tetapi dari sikap, tingkah laku dan tutur katanya memberi saya banyak pelajaran yang sangat berharga. Diantara sekian banyak teman saya,  dialah yang paling  "the best" buat saya.

- REZEKI DIBAGI RATA-

    Sebenarnya banyak kisah, baik suka maupun duka selama berteman dengan nya. Tetapi saya ingin bercerita sedikit tentang sebuah pengalaman yang benar-benar menampar diri saya.  Membuat malu diri saya.

   Suatu hari dia mengajak saya ke tempat kawan sepermainan masa kecilnya di Sumatera Barat dulu. Belakangan saya baru mengetahui bahwa temannya ini adalah seorang pengusaha di daerah Karawang - Jawa Barat.

"Cik... kita maen yuk ke tempat teman kecil saya di Karawang".

  Begitulah cara dia memanggil saya. Sejak saya mengenalnya 12 tahun silam, tak pernah sekalipun dia menyebut kata "kamu",  "ellu" atau memanggil nama saya. Dia hanya menyebut kata "Cik", meski saya lebih muda dan berasal dari Sulawesi Selatan.


"Ngapain ke Karawang ?? jawab saya
"Udah..ikut aja" kata dia lagi.


   Kami berdua berangkat menuju kediaman teman kecilnya di Karawang. Sesampainya disana dia ngobrol tentang apa saya, ketawa-ketiwi. Saya lebih banyak diam, hanya sesekali ikut membuka suara.
Singkat cerita, saat kami pulang. Teman masa kecil sahabat saya ini memberikan dua ampop pada kami. Satu amplop diberikan pada saya dan satu amplop lagi di berikan pada sahabat saya ini.

"Ini untuk sekedar ongkos bis dan jajan alakadar nya" kata temen masa kecil sahabat saya ini.
"Trimakasih. jadi ngerepotin aja" jawab kami.

   Lantas kami pun bergegas pulang. Diatas bis yang membawa kami ke terminal Kampung Rambutan, sahabat saya ini berkata pada saya.

"Cik...amplop yang cik terima, tolong di buka".
"Untuk apa ?" jawab saya.
"Sudah .. buka saja" jawabnya lagi.

Saya pun mengambil amplop yang sudah tersimpan rapih di saku saya, lantas membukanya.

"Berapa isinya" tanya sahabat saya lagi.
"Dua ratus ribu" jawab saya.

"Alhamdulillah" gumam saya dalam hati.
"Saya sama sekali tidak mengenal orang itu dan saya ke karawang cuma diajak, tapi orang itu memberi saya amplop berisikan uang Rp. 200.000 " bukan maen senengnya saya.

Sahabat saya melihat-lihat Amplopnya, lantas berkata :

"Kaya'nya amplop saya agak tebel nih Cik"
"Ya, harus itu.. kan temen kecil sampean" jawab saya sambil tersenyum.

Rupanya sahabat saya membuka amplop yang dia terima

"Cik...Saya dikasih Lima ratus ribu"

Sesaat kemudian dia memberi saya uang Rp. 150.000.

Saya sempat heran dan berkata. "Jangan !! itu rejeki sampean".

Dengan nada yang sedikit keras, sahabat saya ini  berkata :
"Tidak !!
"Kita berangkat bareng, pulang bareng. Rejeki harus dibagi rata. !!"
"Jangan, giliran susah pengennya bareng-bareng, tapi giliran enaknya,  sendiri-sendiri.  Ambillah uang ini !!"

  Dengan berat hati, saya mengambil uang yang diberikan pada saya.

- PELAJARAN HIDUP -

  Sesampainya dirumah, saya tak bisa tidur memikirkan kejadian tersebut. Saya merenung. "Kita berangkat bareng, pulang bareng. Rejeki harus dibagi rata. !!". "Jangan, giliran susah pengennya bareng-bareng, tapi giliran enaknya,  sendiri-sendiri. Ambillah uang ini !!". Kata-kata ini benar-benar menampar saya. Selama ini saya kurang memperhatikan orang, saya cukup egois tentang hidup saya sendiri, atau bahkan bisa jadi saya telah banyak menari diatas penderitaan orang lain. Naudzubillah Minzalik.

Pun, disekitar kita, entah mereka itu pejabat tinggi atau pejabat rendahan, entah itu saudara atau teman, boro-boro rejeki di bagi rata, adanya juga rejeki kita, hak kita dirampas untuk kepuasan pribadi.

Ach...... pelajaran hidup yang berharga buat ku.... Terimakasih sahabat.

5 komentar:

Sohra Rusdi said...

sebuah pengalaman hidup yang sangat membangun pak seandainya semua orang seperti itu hidup akan lebih indah

jendela alam said...

mengapa tak minta penjelasannya soal amplop itu kok nilainya berbeda-beda.??apakah ada rahasia di balik rahasia jatah amplop itu Bang........

Unknown said...

@ SEO CETEK : trimakasih ...semoga bermanfaat.

@ jendela alam : ngapain nanya kang ???
1. dia tidak kenal saya.
2. saya cuma diajak
justru malah terimakasih banyak udah dikasih.
kalau sahabat saya ini dikasih lebih. yo wajar saja, wong temen masa kecilnya

jo said...

waaaaak !

Unknown said...

@Jo.....aya naonn ... hehehe