28 November 2009

Selamat Jalan Pujaan Hati


Photobucket



letih rasa hati
menanti pada sepi
sejak kau tak ada lagi disini
wahai pujaan hati

mungkinkah masih ada cerita
pada hati yang remuk redam ?
sebab begitulah rupa hidup
ketika tangan tak lagi bisa berjabat

masih terukir indah namamu disini
disudut hati yang sempit
........tak bisa pamit
..............walau hanya sedikit

Aku tak akan pernah pergi
meninggalkan bayangmu sendiri
sebab suka mu pernah ada disini
di tempat ini

Selamat jalan
wahai pujaan hati
walau perih menghujam hati


Photobucket

Depok, Senin 30/11/09 pukul. 05.35 pagi

26 November 2009

Sepenggal Rasa Yang Tersisa

sepenggal rasa yang tersisa
berkecamuk dalam sukma
yang tak bisa berharap pada kata
sebab hati telah bicara

ku genggam hati mu
dalam bayang tak berbias
merangkai langkah -langkah rapuh
yang tak lagi pernah mendayuh

sudut samudera telah kering
sebab tak lagi bisa menangis dalam malam-malam tak berbintang
karena berharap cinta dari mu wahai sang puteri

terasa bagai mimpi kau ada disini
mengisi rusuk ku yang patah karena tercipta untuk mu
tapi semua telah berakhir sebab dirimu tak bisa bertahan dari semua goda

kau buat aku tercampak pada liang- liang duka
meratap pada dinding-dinding pemisah
sungguh tega....
tak lagi setia

aku masih ingat kala kau mengenakan jilbab itu
menenteng kitap suci untuk mengaji
bagai puteri kahyangan dirimu
menari-nari di singgasana pelangi

cantik dan baik rupa pekerti mu itu
hingga aku jatuh cinta pada mu
tapi rupa pergaulan dan harta merubah mu
sajadah tak lagi kau sentuh
jilbab tak lagi kau pakai
bujuk manis rayuan telah membutakan akal sehat mu

siapa jua yang membimbing mu kelak
menemanimu membaca kitab suci
memimpin mu menghadap Ilahi
menjadi Imam dalam sholat-sholat mu kelak
atau membacakan ayat-ayat suci jika kau ke liang lahat
bukan kah bacaan pendamping mu yang lebih afdol dari semua ?

apakah nanti kau tak rindu akan shalatmu ?
apakah kau nanti tak rindu pada sosok ayah yang membawa anak nya sholat di
masjid ?
dan apakah tak rindu membaca kitab suci bersama pasangan yang lebih faham ?
kelak kau akan meratapi nasip karena jauh nian dari Allah yang Esa
manusia akan pergi membawa apa yang telah di perbuat nya di dunia ini.

kesenangan-kesenangan duniawi tak ada arti
harta tinggal lah ia bagai seonggok sampah.

Hanya Allah Tuhan yang satu yang tidak ada Tuhan lagi selain Dia
tempat bersandar diri.






Depok,
kamis 26/11/2009
pukul 2.15 dini hari

23 November 2009

Dialah diri ku

Dialah diri ku,
yang mengusap helai rambut mu

dalam tidur yang pengap berpeluk peluh
hingga mencakar mimpi pada langit, bumi dan dalam samudera
tapi yang terusap adalah kebohongan berakar

lalu,
ketika dia datang pada senja hari
benteng mu tak lagi berdiri kokoh
hingga terlupa bahwa aku ada untuk mu

saat tiba musim bermaaf
kau kirimkan aku sebait kata :

"
ketika amarah dan dendam datang, semua kebaikan jadi hilang, ketika iri dengki dan benci kuasai diri, semua keihlasan akan pergi dan kemurnian hati terselimuti. Maka untuk membuka tabir semua khilaf dlm diri, ketika tangan tak bisa berjabat, bibir tak mampu berucap, mata tak bisa menatap, dengan segala kerendahan hati, mohon maaf atas kekeliruan diri."

tak mampu jua ku tahan deras nya air itu
mengaliri lereng bukit yang menghijau, menumbuhkan padi hingga bocah bisa tertawa lebar
seperti alunan-alunan syair para pujangga
hingga maaf pun terucap

tapi sulit terpercaya sebab bukan hati mu yang bicara

sepertinya kau tak pernah merasa bersalah padaku.
dan sepertinya aku yang terpojok hingga ke tepian tebing curam
padahal kau tahu tamu saja tak boleh masuk jika penghuni tak ada.
apa lagi menghampiri.

dialah aku, yang kini berkata padamu
bahwa indah mu itu pernah hidup
pada pagi,
pada siang,
pada malam,
dan pada hati yang remuk redam
dan tak akan bisa hilang sampai ajal menutup mata.


Depok, Selasa 24/11/09 pukul 01.12 dini hari
special 4 U ...... TM....

16 November 2009

Tuhan....aku takut

Tuhan,
aku takut,
aku takut,
aku lari dari Mu
sebab keluh lidah dan keruhnya hati ku


Tuhan,

masih kah kau ada
dekap nadi ku
ciumi kalbu ku
belai raga ku,
hingga nama mu tetap agung dalam setiap hela nafas ku

Tuhan ku,
jiwaku remuk
mataku mulai pudar
seakan tak bisa lagi tatap kemilau pelangi
atau kelipan bintang dan rembulan
bawalah aku terbang melintasi langit-langit rohani Mu
biar aku sedikit bercumbu do'a
agar lega jiwa dahaga

Tuhan ku
tak bisakah Kau sedikit merayu ku dengan langgam-langgam cinta Mu seperti dulu ?
agar aku bisa kembali tersenyum
meski dedaunan pagi tak lagi berembun
siang tak lagi benderang
dan malampun tak lagi berbintang

Tuhan ku
Ijinkan aku datang pada Mu
sambutlah aku dengan cinta Mu
agar aku dapat memeluk Mu
bersandar di pundak Mu
menumpahkan seluruh keluh kesah ku


Tuhan ku...
Maafkan aku....


Depok, Senin 16/11/09 jam. 03.00 pagi

10 November 2009

sajak pecundang

dalam lipatan kain itu
kau bersarang
merayap hingga ke sela-sela kasur ku yang kusut
dengan syair-syair indah mu yang benyek
selami isinya hingga kau seperti dewa.

ketika aku merenung
menjelajahi diri pada langit
agar matahari kembali terang
dan bintang kembali gemintang
bagai pahlawan kesiangan kau datang
hingga lebur dalam legenda

kawan,
disini aku telah memeluk bungkam
dengan sedikit sketsa kejayaan cinta silam
terbungkus rapih dalam bingkai-bingkai naluri
sebab bidadari tak nampak lagi

mengapa tak takut dosa ?
bukankah kau tahu Tuhan ada dan tidak diam ?
cinta tetap lah cinta
tapi cinta mempunyai batas dan aturan

atau
karena kau berharta hingga tak beretika ?
ataukah kau hanya pecundang ?
tak bisa melayangkan sedikit nalar

tengadahkan wajah hingga langit bergetar
semoga Tuhan menyayangimu disetiap ruang dan waktu



Depok
rabu 11/11/09 pukul 02.39 pagi
Willyo ALsyah Putra Pratama

06 November 2009

rasa pada sebuah benih

Tak pernah berhenti kisah itu menari di pelupuk mata yang kian keropos
mematuki jasad - jasad yang telah mati dalam liang-liang duka lubuk hati,
sebab tak bisa berkata jangan pergi.

tak kuasa rasa..
terima hantaman ombak yang begitu keras.
terus dan terus hingga tak bisa mendekap sedikit nafas.
sikap mu telah pecahkan karang menjadi puing - puing yang tak berarti. sebab dalam hantaman mu itu, cerita yang pernah mengitari indahnya kerajaan hati telah terlindas dan tertelan oleh waktu.

dan ketika malam menjelang
kau kibaskan rasa itu pada benih yang pernah ku tanam,
kurawat dengan peluh, hingga terkadang menelanjangi siang atau pun malam agar dia tumbuh dengan mekar
dan aku gerek bendera iba padanya
sebab kau tak ada iba.


jelas ...kau belum mengerti tentang arti sebuah badai kawan !!
sebab kau tak pernah bisa melawan dengan sedikit ciuman do'a yang bersemanyam dalam rasa.
dan kau jelas tak punya rasa kawan !!
sebab kau tak mengerti tentang rasa sebuah benih.

aku hanya bisa berlalu lancas berucap
oh..begini rupa hidup ini...


Depok
jumat 06/11/09 pukul 03.55 pagi
Willyo ALsyah Putra Pratama