03 August 2011

Pengantar Koran dan Baju Koko Jilid Dua

Dengan celana pendek warna coklat persis celana pramuka, baju kaos putih dan sepasang sendal jepit butut agak kebesaran.  Anak kecil itu mengayuh sepedanya dengan kencang. Sore itu langit seakan tak bersahabat dengannya. Warna merah dilangit bagian barat berubah warna menjadi hitam kelam. Sebentar lagi hujan deras menghantam bumi. Bulan itu memang bulan ke dua belas kalender masehi. Dari Nopember hingga Mei angin bertiup dari utara barat laut membawa banyak uap air dan hujan ke kawasan Indonesia.

Sekitar tiga bulan sudah anak itu menjadi mesin pencari uang untuk dirinya sendiri dan baru kali inilah ia berhadapan dengan situasi yang akan membuat koran-korannya menjadi bubur. Koran pasti akan telat kerumah pelanggan atau omelan meluncur deras dari bibir Bos. Hujan mulai turun dengan malu-malu. Anak kecil itu berhenti sejenak disebuah warung kelontong pinggir jalan.
"maaf ibu, saya numpang berteduh" ucapnya pada ibu pemilik warung.  
"iya, silahkan nak, tidak apa-apa. kamu tukang koran ya nak" jawab sang ibu.
"Iya, bu" jawab sang anak agak sedikit gelisah.
"kamu nampak gelisah, ada apa ? tanya sang ibu.
"saya harus mengantarkan koran ini tepat waktu, jika tidak saya pasti dapat omelan dan saya pasti kemalaman pulang kerumah". jawab sang anak.
"kalau begitu ibu, punya mantel plastik di dalam rumah. kamu boleh memakainya. Tunggu sebentar ya..ibu ambilkan" ucap sang ibu.
"trimakasih Bu' jawab sang anak.

Anak kecil itu menggayuh sepedanya dengan kencang. Sendal butut kebesaran yang tertinggal di warung klontong, tak lagi di hiraukan. Kehilangan sendal jepit butut akan membuatnya kehilangan separuh dari gajinya sebagai tukang koran, sebab harga sebuah sendal walau butut sekalipun sangat mahal bagi orang-orang sekelas dia. Tetapi baginya, ada seorang yang berhati baik di kota yang cuek, dimana harkat, martabat, kasta dan segala macam di ukur dengan uang adalah sebuah anugerah terintah yang pernah dirasakannya.

Ketika sholat terawih tiba, anak kecil pengantar koran itu berdo'a ..."Semoga Tuhan memberi baju koko yang bagus-bagus buat anak-anak  ibu warung tadi, jangan seperti saya, tak punya baju koko. Amin."

 

*sebuah cerita masa lalu dari seorang anak di Palopo Sulawesi Selatan*

0 komentar: