27 October 2009

Semoga kau tak membenci kami...Nak....

kau hadir dari sebongkah kebodohan yang merajai hati, menyeberangi norma-norma suci titisan para dewa dewi kahyangan
kau datang dari ketidak sadaran mahluk lepas tak terbatas, mencumbui malam dengan kebohongan turunan Adam

Kau jelas tak mengerti anak ku...
sebab malam belumlah beranjak mengigaui mimpi-mimpi mu
sebab embun belumlah datang menyelingkuhi dedaunan pagi jiwamu.
kau tumbuh dari sebongkah batu cadas yang mengeraskan tapal-tapal benci,yang tak bisa lagi kau tempati menanam butiran cinta, sebab kerasnya teramat sangat menghantam pucuk kalbumu yang lemah


aku tahu, senyum mu masih seperti itu
merekah bagai bunga berkerudung kumbang-kumbang, menari bagai sepasang muda-mudi kasmaran dibawah sinar rembulan
membuat kami menengadah ke langit agar Tuhan sedikit iba
Ku tahu
jarimu tak bisa menari, sebab kami tak bisa mengajarkan itu padamu, kami hanya bisa memberimu noda pada serat-serat cinta yang terluka dan kian kalah

kau jelas tak mengerti anak ku...
tentang hiruk pikuk roda hidup, yang berkecamuk di cakrawala hingga menembus lubang cacing-cacing tanah
seperti puisiku yang miring menyeringai rindu pada burung-burung malam
meringkuki sarang gerhana
mematuki kisah cintamu pada kami

nak, semoga engkau tak membenci kami kelak



Depok 27/10/09
terinspirasi dari anak jalanan kota Depok


12 komentar:

Admin said...

kalau tiap a warga negara bersedekah...pasti gak ada yang kekurangan...amin...

Unknown said...

mereka para anak jalanan yang mengais ngais mimpi dari jalanan...yg kadang terbuang oleh orang yang menaiki mobil mewah...

Sri Bahasa said...

rakyat hanya bisa menolong mengikut kemampuan. tapi yang bisa membantu serta menyelesaikan masalah peminta sedekah ialah pihak pemerintah.

hendrie k_bejo said...

SedikitPun KK gak kan Membecimu dik...!!!

eNeS said...

Ya, semoga saja anak kita tidak membenci kita kelak karena rasanya masih saja ada yang kurang dari kasih sayang ini. Amien...

Puisi yang bagus sobat. Bagus sekali. Berapa umur anak sobat sekarang?

alkatro said...

syair yang indah dalam kegelisahan seperti nuansa kabut dalam selimut pelangi.. kata ibu ane, sebagian rejeki kita adalah milik para duafa .. dan menyayangi orang lain sm sj dengan menyayangi diri sendiri.. semangat ya :)

secangkir teh dan sekerat roti said...

rasanya tidak perlu ada sesaljikalau mereka usaha terlebih dahulu...

yang bikin mereka tertindas adalah karena mereka di tempat yang salah , dan waktu yang salah..

Osi said...

Ikut turut prihatin....semoga perubahan zaman dapat mengubah hidup mereka ke arah yang lebih baik lagi

putra said...

Jadi sedih ni OM ,,

Sohra Rusdi said...

Kapan kau bernyanyi karena bila kau bersenandung tidak akan ada tangisan, tidak ada gundah dan bumikan tersenyum puisi yang mengusik ketidak berdayaan sobatku kami cuma bisa berdoa mudah2an kemakmuran kembali ke bumi ini

harto said...

puisinya bikin sedih aja neh sob...

bobby said...

.utamakan sedekah dan pedulilah kepada saudara2 kita yang kurang beruntung. . . .

,salam kenal ya..di tunggu kunjugan baliknya. . .